Terrorism Has No Religion
Nama : Masyitha FajrurahmahNIM : 15.E1.0270
Dosen pengampu : Gregorius Daru Wijoyoko
Kita berada di masa dimana kekerasan dan kebencian telah menjadi suatu hal yang biasa di setiap sudut dunia. Berita tentang pertumpahan darah selalu ada tiap harinya, dan sebagian besar orang-orang yang dijadikan target kekerasan itu tidak bersalah,
Serangan di Paris yang terjadi akhir-akhir ini membawa islam sebagai subjek kekerasan dalam agenda dunia. Meskipun islam adalah agama yang penuh kasih dan kedamaian, dan cukup jelas menyatakan bahwa setiap orang harus diperlakukan dengan adil terlepas dari iman, ras, bahasa dan pikiran, mengapa bisa ada banyak sekali kekerasan dan kepedihan di dunia Muslim?
Tidak ada agama yang memerintahkan kekerasan. Tidak ada agama yang menganjurkan kekejaman, keegoisan, kebencian dan pembantaian. Kekerasan dan kondisi yang membuka jalan bagi kekerasan terjadi ketika ideologi yang mempromosikan konflik menggantikan nilai-nilai moral agama.
Hanya karena berbagai teroris menyebutkan diri mereka Muslim, yang mengeksekusi orang dengan menembak mereka saat mereka tidak bisa menjawab pertanyaan tentang "Rukun Iman", dan yang kejam membunuh orang tak berdosa, tidak membuat para teroris tersebut Muslim.
Inti dari Islam adalah cinta, kasih sayang dan persahabatan. Muslim diwajibkan untuk membela dan melindungi kebebasan dalam berpendapat dan beriman atas perintah dari Al Quran. "Bagimu agamamu, bagiku agamaku" (QS Al Kafirun : 6) dan "...tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat." (QS Al Baqarah : 256) ayat ini memastikan bahwa umat setap agama dilindungi, bahkan atheist.
Konflik berjalan berdampingan dengan kebencian. Mengapa pertumpahan darah dan kebencian terjadi? Jawabannya sederhana : kebencian. Bukan sektarianisme yang menjadi masalah. Sektarianisme hanyalah nama lain untuk melegalkan kebencian dan kekerasan.
Satu-satunya cara untuk menghindari kebencian ini adalah dengan menyebarkan semangat dan moralitas Al Quran, yaitu kasih dan perdamaian. Ada banyak pelajaran yang perlu dipelajari oleh Muslim dari Nabi Muhammad, beliau mengizinkan orang Kristen untuk melakukan ibadah mereka di Masjid Al Nabawi, membentangkan jubahnya sendiri untuk tamu Yahudi dan Kristen untuk duduk, dan beliau berdiri serta memberi hormat saat prosesi pemakaman Yahudi lewat di depannya. Untuk mengambil pelajaran dari ini, umat Muslim harus tahu Al Quran dan Nabi kita lebih dekat. Umat Islam perlu untuk mengeksplorasi keindahan islam dengan wajar, rasional, dengan sudut pandang yang realistis dimurnikan dengan takhayul, yang hanya dapat dicapai melalui pendidikan.



0 komentar: