Toleransi Untuk Kerukunan

16.47 Masyitha Fajrurahmah 0 Comments


Nama : Masyitha Fajrurahmah
NIM : 15.E1.0270
Dosen pengampu : Gregorius Daru Wijoyoko

0 komentar:

Mencegah Intoleransi Beragama

16.44 Masyitha Fajrurahmah 0 Comments

Nama : Masyitha Fajrurahmah
NIM : 15.E1.0270
Dosen pengampu : Gregorius Daru Wijoyoko

Sebelum kita masuk ke topik, kita perlu memahami, apakah intoleransi beragama itu? Intoleransi beragama adalah sikap atau tindakan kekerasan terhadap pemeluk agama tertentu semata-mata karena mereka menganut keyakinan agama yang berbeda dan atau bertolak belakang dengan keyakinan agama yang kita anut.


Apakah penyebab dari intoleransi itu sendiri? Beberapa penyebabnya adalah :
1. Absolutisme, yaitu keyakinan bahwa hanya ada satu penjelasan obyektif yang tepat dan tidak berubah tentang realitas atau bisa disebut kesombongan intelektual
2. Eksklusivisme, yaitu kesombongan sosial
3. Fanatisme, yaitu paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan.
4. Ekstremisme, yaitu berlebih-lebihan dalam bersikap
5. Agresivisme, yaitu berlebih-lebihan dalam melakukan tindakan fisik


Indikator adanya intoleransi itu apa sih?
1. Menyebarkan informasi yang salah tentang agama lainnya walaupun kesalahan informasi dapat dwngan mudah dicek dan dikoreksi
2. Menyebarkan kebencian pada penganut agama lainnya, menyebut mereka sesat, jahat, imoral dan sebagainya.
3. Mencemooh dan merendahkan keimanan dan praktek-praktek agama yang lain.
4. Memaksakan keyakinan dan praktek agama pada kelompok agama lain
5. Membatasi hak-hak asasi manusia dari kelompok agama tertentu
6. Menganggap kelompok agama lain sebagai tidak berharga atau buruk.


Lalu, bagaimana kita mengatasi intoleransi itu?
1. Menentang (contending), perhatian yang lebih tinggi terhadap diri sendiri dan perhatian yang rendah terhadap orang lain
2. Mengalah (yielding), ada kepedulian lebih besar pada kepentingan orang lain daripada terhadap diri sendiri
3.Menarik diri (withdrawal), yang berkonflik akan menggunakan gaya kompromi dan akomodasi ketika ada keseimbangan
4. Kompromi (compromising), terjadi ketika ada keseimbangan antara kepedulian terhadap kepentingan sendiri dan pihak lain
5. Pemecahan masalah (problem solving), ditandai adanya ketegasan pada kepentingan diri sendiri, tetapi ada kesadaran terhadap aspirasi dan kebutuhan pihak lain

0 komentar:

Kisah-kisah Toleransi Beragama di Indonesia

16.21 Masyitha Fajrurahmah 0 Comments

Nama : Masyitha Fajrurahmah
NIM : 15.E1.0270
Dosen pengampu : Gregorius Daru Wijoyoko



1. Anggota GP Ansor jaga gereja di Jakarta
Merdeka.com - Gerakan Pemuda (GP) Ansor, yang merupakan sayap organisasi Nahdlatul Ulama (NU) tiap tahunnya turut membantu dalam upaya pengamanan perayaan Natal dan tahun baru. Personel Banser GP Ansor ikut bersama Polri dan TNI menjaga kekhusyukan umat Kristiani saat beribadah di tiap gereja yang ada di DKI Jakarta.

Irwan, Koordinator Lapangan Banser GP Ansor Jakarta Pusat mengutarakan sambutan baik dari pihak Gereja Kartedral saat dia dan personel banser lainnya mengamankan gereja terbesar di Jakarta itu selama tiga tahun terakhir.

"Alhamdulillah, respons mereka sangat bagus sekali. Konsumsi yang diberikan mereka tidak pernah kurang. Kami selalu disambut baik," kata Irwan dengan antusias saat ditemui merdeka.com di Kantor PP GP Ansor, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (23/12).

Irwan menambahkan, pihak gereja katedral tidak pernah membedakan sambutan yang diberikan kepada Polri, TNI maupun GP Ansor. Seluruhnya diperlakukan dengan sama, tidak dibeda-bedakan.

Irwan menambahkan, pihak gereja katedral sangat memberikan apresiasinya kepada organisasi pemuda islam ini yang mau membantu mengamankan perayaan hari besar agama lain. Terlebih, Ketua GP Ansor, Nusron Wahid saat tiga tahun yang lalu menyambangi gereja katedral saat malam natal untuk meninjau kondisi keamanan di sana. "Pak Nusron kan tiga tahun yang lalu hadir di Katedral. Itu bukti bahwa kami selalu toleransi dengan umat kristiani," kata Irwan.




2. Pecalang amankan Natal hingga Tahun Baru
Merdeka.com - Pecalang atau petugas keamanan desa adat ikut ambil bagian dalam pengamanan Hari Raya Natal dan tahun baru 2015 di masing-masing wilayah desa di Pulau Dewata.

"Kami juga libatkan pecalang. Di Bali ini luar biasa bahwa pecalang terlibat untuk pengamanan di masing-masing banjar (dusun adat)," kata Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Albertus Julius Benny Mokalu di Denpasar, Rabu (24/12).

Pecalang sendiri akan berpartisipasi bersama aparat kepolisian dan TNI untuk menjaga keamanan wilayah khususnya di masing-masing desa.

Keterlibatan pecalang dalam Operasi Lilin yang digelar hingga 2 Januari 2015 itu tidak hanya bertugas membantu aparat keamanan di dalam menjaga keamanan wilayah jelang Natal dan tahun baru tetapi juga keamanan di sejumlah objek wisata yang tersebar di seluruh Bali.

Setiap desa adat di Pulau Dewata yang berjumlah 1.488 desa adat memiliki pecalang dengan jumlah bervariasi di atas 30 orang. Sedangkan jumlah desa dinas di Bali sebanyak 736 desa juga telah memiliki Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) yang bekerja sama dengan pecalang.




3. 2 Putri Gus Dur hadiri misa natal depan istana
Merdeka.com - Ini cerita soal kepedulian dua putri mendiang Gus Dur. Tahun lalu, saat jemaat GKI Yasmin, Bogor dan HKBP Filadelfia, Tambun, Bekasi, menggelar misa natal di depan Istana (25/12/2013) mereka ikut hadir untuk menunjukkan solidaritas,

Dua putri Gus Dur yang hadir adalah Anita Hayatunnufus Wahid dan Inayah Wulandari Wahid. Mereka memberikan dukungan kepada jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia Tambun agar bisa kebebasan dan hak untuk beribadah di tempat yang layak. "Saya berharap, tahun depan kalian tidak lagi beribadah di sini," ucap Inayah.

Di acara Misa Natal itu, Inayah yang mengenakan pakaian serba hitam dengan rambut ditutup selendang, membacakan puisi berjudul 'Bolak-balik'. Kata Inayah, puisi yang dibuatnya seminggu lalu, mengingatkan pada buku berjudul 'How The Glinch Stole The Christmas'.

Ratusan jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia merayakan Natal di depan Istana Negara. Di lokasi, panitia penyelenggara menyiapkan meja VVIP untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beserta istri, Ani Yudhoyono. Tapi, Presiden SBY dan ibu negara yang mereka tunggu tak kunjung datang hingga acara selesai.

0 komentar:

Kondisi Toleransi Beragama di Indonesia

16.04 Masyitha Fajrurahmah 0 Comments

Nama : Masyitha Fajrurahmah
NIM : 15.E1.0270
Dosen pengampu : Gregorius Daru Wijoyoko

Prinsip-prinsip dari toleransi adalah menghargai keberagaman dan mengakui hak hak asasi manusia, lalu apakah masyarakat di Indonesia sudah menghargai keberagaman? Apakah masyarakat mengakui hak hak asasi manusia? Dan yang terakhir apakah toleransi beragama di Indonesia saat ini sudah cukup baik, sangat baik buruk atau sangat buruk? Apa indikasinya?

Ciri terpenting dari kondisi toleransi di tanah air saat ini ialah toleransi yang pasif, atau biasa disebut ko-eksistensi (lazy tolerance). Hidup berdampingan secara damai. Tapi satu sama lain tidak saling peduli. Karena menganggap “masalahmu adalah masalahmu”, “masalahku adalah masalahku”. Toleransi semacam ini nyaris tidak menyumbangkan energi bagi penguatan kohesi sosial. Kalau mau menciptakan toleransi yang kokoh, maka toleransi yang pasif itu harus ditingkatkan menjadi toleransi yang aktif-progresif, atau biasa disebut pro-eksistensi. Dalam kondisi ini, setiap elemen sosial yang berbeda (suku, agama), saling menguatkan dan memberdayakan satu sama lain. Contoh: Partisipasi dalam perayaan hari-hari besar keagamaan. Saling membantu dalam mendirikan rumah ibadah, dsb.

Persoalan dalam Toleransi Beragama

Toleransi antar umat beragama hingga kini masih diselimuti persoalan. Klaim kebenaran suatu agama terhadap agama lainnya mendorong penganutnya untuk memaksakan kebenaran itu dan bersifat sangat fanatik terhadap terhadap kelompok agama lain . Lebih tragis lagi ketika penyebaran kebenaran itu disertai aksi kekerasan yang merugikan korban harta benda dan jiwa. Fenomena kekerasan antar pemeluk agama hampir terjadi di seluruh belahan dunia.

Masalah Paradigma

Paradigma lama: Kompetisi misi agama dilakukan untuk mencari pengikut sebanyak-banyaknya. Dilakukan secara tidak sehat. Melanggar etika sosial bersama.
Paradigma baru: Kompetisi misi agama harus berjalan secara sehat dan menaati hukum yang disepakati. Kompetisi à berlomba-lomba menjalankan kebaikan (fastabiqul khairat). Jadi, orientasinya adalah pengembangan internal umat.

Paradigma lama: Misi agama seringkali mengundang pertentangan yang membawa kekerasan dan membangkitkan jihad atau perang antarpemeluk agama.
Paradigma baru: Kegiatan misi agama harus membawa persaudaraan universal (human brotherhood, ukhuwah basyariah). Dalam paradigma baru, ajakan agama-agama lebih mengacu kepada wacana etika kemanusiaan global, untuk menjawab isu-isu global dan lintas agama, seperti masalah kemiskinan, ketidakadilan, krisis lingkungan, pelanggaran HAM, dan sebagainya.

Paradigma lama: Mempersoalkan perbedaan dan menganggapnya sebagai ancaman.
Paradigma baru: Mengacu pada platform bersama (common platform, kalimatun sawa), menganggap perbedaan sebagai kekuatan. Indonesia dipersatukan oleh perbedaan-perbedaan. Para pendukung paradigma baru terus berupaya mengembangkan theology of religions, yaitu teologi yang tidak hanya milik satu agama, tetapi semua agama à Teologi Pluralis

0 komentar:

Peran Mahasiswa Dalam Perdamaian

16.03 Masyitha Fajrurahmah 1 Comments

Nama : Masyitha Fajrurahmah
NIM : 15.E1.0270
Dosen pengampu : Gregorius Daru Wijoyoko

Secara etimologi kata agama berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu a dan gama. “a” berarti tidak dan ”gama” berarti kacau. Jadi agama menggambarkan suatu keadaan yang teratur dan tidak kacau. Agama ada supaya kehidupan manusia bisa tidak kacau dan damai. Agama yang diakui di Indonesia ada 6 yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Hindu, Budha, Kong Hu Cu. Setiap agama mengajarkan hal yang baik untuk kita laksanakan. Agama membimbing umatnya ke jalan yang benar. Setiap agama mengajarkan untuk menghargai agama lain serta dapat hidup didalam keberagaman tanpa kehilangan identitas masing-masing. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam sila pertama yang berisi Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini berarti bahwa semua agama dan kepercayaan yang ada secara bersama-sama percaya dan mengakui adanya satu Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Seperti halnya Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Indonesia yang berisi walaupun kita berbeda-beda tapi tetap satu. Walaupun berbeda agama, suku, dan ras kita tetap satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air. Kebhinekaan bangsa Indonesia akan menjadi suatu kesempatan untuk saling mengisi dan melengkapi sehingga bisa menciptakan suasana kebersamaan dan kedamaian.

Peran mahasiswa dalam mewujudkan perdamaian lintas agama:
a. Dimulai dari diri sendiri yaitu menganggap kita semua manusia adalah satu keluarga dan diciptakan oleh Tuhan.
b. Saling mengasihi Tuhan dan sesama manusia serta mampu hidup untuk kepentingan orang lain.
c. Bergaul dengan siapa saja tanpa memandang agama, suku, dan ras.
d. Tidak menganggap hanya agama sendiri yang benar dan agama yang lain salah.
e. Menghargai hari besar setiap agama. Islam hari besarnya yaitu hari raya idul fitri, Kristen Protestan dan Kristen Katholik hari besarnya yaitu hari Natal, Hindu hari besarnya yaitu Nyepi, Budha hari besarnya yaitu Waisak. Setiap orang masing-masing mengucapkan selamat merayakan kepada orang yang merayakan dan ikut menghargainya.
f. Melakukan kegiatan bersama yang mendorong untuk bersatu didalam perbedaan baik dengan berdialog maupun dengan melakukan kegiatan diluar kampus yang langsung berhadapan dengan masyarakat luas. Dialog antar umat beragama dapat memberikan kesempatan bersama untuk memuliakan Tuhan bersama-sama dengan penganut berbagai agama dan kepercayaan lainnya. Sebab walaupun berbeda agama, para penganut agama lain juga merupakan keluarga Allah.
g. Tidak mengganggu jadwal ibadah agama lain. Misalnya: Setiap orang yang menganut agama Islam harus shalat 5 waktu, maka setiap orang yang menganut agama lain harus menghargainya dan mengingatkan mereka untuk shalat. Setiap orang yang menganut agama Kristen Protestan dan Kristen Katholik pergi ke gereja pada hari minggu, maka setiap orang yang menganut agama lain menghargainya dengan membiarkan seorang Kristen untuk beribadah di gereja.

Bersatu adalah kunci untuk menuju perdamaian. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Jika kita bersatu didalam perbedaan, maka tidak ada yang dapat memisahkan kita. Seperti halnya lidi. Jika hanya ada satu lidi, maka satu lidi itu tidak dapat menyapu sampah. Akan tetapi, jika satu lidi itu bersatu dengan lidi-lidi lainnya maka lidi-lidi tersebut mampu dijadikan sapu lidi yang dapat dipakai untuk menyapu sampah. Demikian juga kita, Kita terdiri dari berbagai agama, suku, dan ras tapi jika bersatu tanpa memandang perbedaan maka perdamaian akan terwujud.

1 komentar:

Islamophobia Dari Masa ke Masa

15.35 Masyitha Fajrurahmah 0 Comments

Nama : Masyitha Fajrurahmah
NIM : 15.E1.0270
Dosen pengampu : Gregorius Daru Wijoyoko

Gerakan islamophobia di Indonesia sesungguhnya sudah lama mewabah di Indonesia. Kalau disepakati kita dapat langsung memulainya dari rezim Soekarno meski kolonial Belanda pun sudah sering mengampanyekan gerakan memusuhi Islam.

Soekarno sendiri tidak pernah memusuhi Islam tetapi menyingkirkan tokoh-tokoh Islam yg kebetulan menjadi lawan-lawan politiknya. Banyak tokoh muslim yg dipenjarakannya bahkan Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia pun ikut diberangus. Apa yang terjadi di zaman Soekarno lebih tepat dikatakan sebagai perbedaan dua pandangan mungkin juga ideologi islamisme dan nasionalisme. Apalagi sebagian tokoh muslim menganggap banyak perilaku Soekarno yang tak mencerminkan nilai- nilai islami. Tetapi Soekarno bukanlah orang yg buta terhadap Islam. Dia menguasai dengan baik mengenai sejarah dan filosofi Islam. Dia mampu melafalkan ayat-ayat suci Alquran dan hadis Nabi dengan fasihnya. Sering ia berdebat dgn tokoh-tokoh Islam terutama dengan sahabatnya yangg tokoh Muhammadiyah Hasan Dien saat ia diasingkan pemerintah kolonial Belanda di Bengkulu.

Lebih Canggih Usaha penyingkiran tokoh-tokoh Islam ini dilanjutkan secara lebih canggih pada masa kekuasaan Soeharto. Bahkan penyingkiran dilakukan lebih sistematis lewat beberapa gerbong utama yang dikendalikan oleh jenderal-jenderal nonmuslim atau mereka yang kurang suka melihat perkembangan Islam di Indonesia.

Ketika Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban berada di bawah pimpinan Sudomo waktu Ali Moertopo jadi ”bos” intelijen di Indonesia dan ketika LB Moerdani mulai menjadi petinggi militer maka upaya penggembosan terhadap Islam dan tokoh-tokohnya makin santer dilakukan.

Celakanya tak sedikit tindak kekerasan atau teror yg justru direkayasa oleh elite-elite militer sendiri. Bahkan teror yang dilabelkan pada kelompok Islam bisa dijadikan ajang promosi karier militernya. Kendati demikian beberapa aksi teror pernah dilakukan beberapa kelompok Islam terhadap pemerintah karena merasa sudah tak punya harapan lagi utk melawan kecuali dengan melancarkan teror itu sendiri.

Puncak perselisihan antara penguasa dan tokoh-tokoh Islam terjadi sejak dekade 1980-an ketika rezim Soeharto memaksakan asas tunggal Pancasila. Banyak tokoh muslim yang menentangnya meski tidak sedikit yang menerimanya. Kasus Tanjung Priok juga diarahkan pihak tertentu utk mencitrakan radikalisme dalam Islam. Nama-nama seperti Abdullah Sungkar Abdul Qadir Jailani AM Fatwa Syarifin Maloko Amir Biki Warsidi dan Abu Bakar Ba’asyir selalu menjadi incaran para intelijen. Mereka selalu menempel ketat para tokoh Islam saat berdakwah lalu mencari peluang utk menyeretnya ke pengadilan.

Tekanan Asing Kelompok Islam baru merasa ”nyaman” di masa kekuasaan Habibie salah seorang tokoh pendiri Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia . Di masa pemerintahan Gus Dur muncul sejumlah milisi sipil bernafas keagamaan seperti Laskar Jihad dan Front Pembela Islam yang berniat menegakkan kebenaran dengan caranya sendiri. Gus Dur sendiri sering bersitegang dengan kedua laskar itu. Dalam perkembangan di kemudian hari citra kedua laskar ini identik dengan kekerasan di jalanan dan akhirnya meresahkan masyarakat. Sekarang kedua laskar itu sudah tak eksis lagi menyusul pembubaran dan/atau pembekuan aktivitasnya.

Bagaimana islamophobia di masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri? Agaknya ia menghadapi persoalan berat karena gerakan menyingkirkan tokoh-tokoh Islam ini lebih berdasarkan tekanan pihak asing. Celakanya AS sudah berteriak siapa pun yang tidak mendukung ”perang terhadap terorisme internasional” akan dianggap sebagai lawan! Menko Polkam Soesilo Bambang Yudhoyono dan Kapolri Jenderal Pol Da’i Bachtiar memang pernah membantahnya. Namun nuansa pemaksaan pihak asing yang amat kental membuat banyak kalangan yang tidak percaya begitu saja. AS mulai mengarahkan sasaran kepada Islam ketika negara itu kehilangan musuh bebuyutannya komunisme yang hancur bersamaan dgn ambruknya Uni Soviet dan negara-negara di Eropa Timur lainnya.

Tragedi 11 September justru dijadikannya sebagai momentum terbaik untuk melancarkan serangan terhadap umat Islam meski baru sebatas membumihanguskan Afghanistan. Demikian pula dengan ledakan bom di Sari Club Jalan Legian Kuta yang langsung dijadikan bahan bagi AS utk menggoyang kelompok Islam di Indonesia terutama yang diduga mempunyai link dengan Al-Qaedah.

Upaya alienisasi eksistensi dan peranserta umat Islam dilakukan dengan menempelkan sebutan dan citra yang buruk bagi kekuatan-kekuatan Islam seperti teroris, fundamentalis, radikal, militan dan sebagainya. Tidak jarang para ulama yang saleh pun terjebak utk menempelkan stigma buruk ini terhadap kelompok Islam yang tidak sehaluan dengannya. Setelah itu musuh-musuh Islam dengan mudah mengidentifikasi dan melokalisasi kekuatan-kekuatan Islam. Unsur-unsur militan kaum muslim yang sebenarnya jadi perisai umat malah dipisahkan dari mereka. Sebenarnya mengidentikkan terorisme dengan Islam adalah fitnah besar apalagi jika makna teror diartikan sebagai serangan tanpa pandang bulu.

Islam justru datang mengajarkan adab-adab dalam berperang ketika konflik senjata/fisik sudah tidak dapat dihindari. Beberapa literatur fiqih menunjukkan betapa Islam mengajarkan larangan merusak hal-hal yang sama sekali tidak terkait dengan peperangan melarang pembunuhan orang-orang yang tak berdaya . Ia juga membatasi sasaran-sasaran perang bahkan cara melumpuhkan dan membunuh lawan hingga perlakuan terhadap harta rampasan perang serta tawanan pun sudah ada ketentuannya.

Falsafah perang dalam Islam adalah menolak kerusakan dan hanya dibolehkan jika Islam diperangi. ”Telah diizinkan bagi orang-orang yg diperangi karena mereka sesungguhnya telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka.”


Dikutip dari :http://www.sahabatislami.com/2015/04/islamophobia-dari-masa-ke-masa.html

0 komentar:

Mengapa teroris selalu dikaitkan dengan muslim?

15.34 Masyitha Fajrurahmah 0 Comments

Nama : Masyitha Fajrurahmah
NIM : 15.E1.0270
Dosen pengampu : Gregorius Daru Wijoyoko

Sangat miris, selama ini tindakana terorisme selalu dikaitkan dengan islam. Padahal islam adalah negara yang mengajarkan kedamaian dan kasih sayang. Steeotype negeri barat tentang umat islam adalah teroris sudah sangatlah parah, sampai sampai banyak diantara mereka yang mengaku islamophobia. Apakah islam pernah mengajarkan kekerasan dan anarkisme?

Jika ada yang beranggapan bahwa terorisme adalah sikap mulia, adalah jihad besar, maka dia salah besar. Dari mana dia memperoleh referensi itu? Apakah mereka tidak menyadari atau bahkan acuh ketika orang islam sendiri menjadi korbannya? begitukah cara dakwah islam? namun, kita juga tak berhak mengklaim pelaku bom bunuh diri itu masti sia-sia ataupun berstatus syahid, karena hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Angapan bahwa aksi terorisme selalu dikaitkan dengan Islam karena berhubungan dengan ajaran Jihad adalah sesuatu hal yang keliru. Kurangnya pendidikan atas ajaran jihad sehingga seolah-olah ada yang menyamakan terorisme dan jihad itu sama, makanya islam selalu tertuduh,

Jihad merupakan suatu sikap spiritual dan termasuk dalam ranah kesufistikan. Jihad sendiri ada 3 macam tingkatan.
1. Jihad al akbar (Jihad besar) yaitu Jihadunnafsi (memerangi hawa nafsu)
2. Jihad as ashgor, contohnya adalah perang Badar
3. Jihad al afdlol, jihad yang paling utama yaitu sebuah keberanian menggunakan pikiran untuk membangun sebuah kebenaran

Pada masa Rasulullah SAW, pernah ada sahabat yang akan ikut berperang. Sahabt tersebut ditanya oleh Rasul : Apakah kamu masih mempunyai orang tua? Sahabat menjawab : Ya, Rasulullah, Ibu saya masih hidup. Rasulullah bersabda : Kembalilah pada Ibumu, sesungguhnya berbakti pada orang tua itu juga merupakah jihad. Rasulullah sendiri dilarang oleh Allah untuk berperang kecuali setelah diserang. Rasulullah juga tidak diperkenankan berperang dalam keadaan emosi. Perjanjian damai dan gfencata senjata pun sering dilakukan Rasulullah sebagai salah satu strategi dakwahnya, tidak melulu perang dan menyerang. Dalam firman-Nya, Allah juga melarang Rasulullah SAW menyerang sebelum diserang, membunuh wanita, anak-anak dan lansia, serta tidak menyerang orang yang tidak membawa senjata.

Dari penjelasan di atas, tentu saja bisa dikatakan bahwa terorisme bukanlah jihad. Mereka yang melakukan tindak terorisme adalah orang-orang yang cacat logika dan kebetulan mereka memeluk agama islam. Maka dari itu banyak orang yang mengkaitkan terorisme dengan islam.


0 komentar:

Terrorism Has No Religion

15.03 Masyitha Fajrurahmah 0 Comments

Nama : Masyitha Fajrurahmah
NIM : 15.E1.0270
Dosen pengampu : Gregorius Daru Wijoyoko

Kita berada di masa dimana kekerasan dan kebencian telah menjadi suatu hal yang biasa di setiap sudut dunia. Berita tentang pertumpahan darah selalu ada tiap harinya, dan sebagian besar orang-orang yang dijadikan target kekerasan itu tidak bersalah,

Serangan di Paris yang terjadi akhir-akhir ini membawa islam sebagai subjek kekerasan dalam agenda dunia. Meskipun islam adalah agama yang penuh kasih dan kedamaian, dan cukup jelas menyatakan bahwa setiap orang harus diperlakukan dengan adil terlepas dari iman, ras, bahasa dan pikiran, mengapa bisa ada banyak sekali kekerasan dan kepedihan di dunia Muslim?



Tidak ada agama yang memerintahkan kekerasan. Tidak ada agama yang menganjurkan kekejaman, keegoisan, kebencian dan pembantaian. Kekerasan dan kondisi yang membuka jalan bagi kekerasan terjadi ketika ideologi yang mempromosikan konflik menggantikan nilai-nilai moral agama.

Hanya karena berbagai teroris menyebutkan diri mereka Muslim, yang mengeksekusi orang dengan menembak mereka saat mereka tidak bisa menjawab pertanyaan tentang "Rukun Iman", dan yang kejam membunuh orang tak berdosa, tidak membuat para teroris tersebut Muslim.

Inti dari Islam adalah cinta, kasih sayang dan persahabatan. Muslim diwajibkan untuk membela dan melindungi kebebasan dalam berpendapat dan beriman atas perintah dari Al Quran. "Bagimu agamamu, bagiku agamaku" (QS Al Kafirun : 6) dan "...tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat." (QS Al Baqarah : 256) ayat ini memastikan bahwa umat setap agama dilindungi, bahkan atheist.

Konflik berjalan berdampingan dengan kebencian. Mengapa pertumpahan darah dan kebencian terjadi? Jawabannya sederhana : kebencian. Bukan sektarianisme yang menjadi masalah. Sektarianisme hanyalah nama lain untuk melegalkan kebencian dan kekerasan.

Satu-satunya cara untuk menghindari kebencian ini adalah dengan menyebarkan semangat dan moralitas Al Quran, yaitu kasih dan perdamaian. Ada banyak pelajaran yang perlu dipelajari oleh Muslim dari Nabi Muhammad, beliau mengizinkan orang Kristen untuk melakukan ibadah mereka di Masjid Al Nabawi, membentangkan jubahnya sendiri untuk tamu Yahudi dan Kristen untuk duduk, dan beliau berdiri serta memberi hormat saat prosesi pemakaman Yahudi lewat di depannya. Untuk mengambil pelajaran dari ini, umat Muslim harus tahu Al Quran dan Nabi kita lebih dekat. Umat Islam perlu untuk mengeksplorasi keindahan islam dengan wajar, rasional, dengan sudut pandang yang realistis dimurnikan dengan takhayul, yang hanya dapat dicapai melalui pendidikan.

0 komentar:

[Proyek Kebaikan] Help Yourself by Helping Others

17.11 Masyitha Fajrurahmah 2 Comments

Nama : Masyitha Fajrurahmah
NIM : 15.E1.0270
Dosen pengampu : Gregorius Daru Wijoyoko

Menolong orang lain adalah bagian yang paling mendasar dari kemanusiaan. Dalam suatu tragedi, banyak cerita cerita inspiratif tentang seseorang yang membantu orang lain, seperti membantu suatu negara dari bencana alam dan terorisme. Beberapa orang bahkan mengabdikan hidup mereka untuk membantu orang lain. Membantu orang lain dapat dilakukan dari hal yang besar, ke hal yang  sangat kecil. Membantu orang lain juga dapat dilakukan setiap saat.


Proyek kebaikan yang kami lakukan ini bertujuan untuk membantu orang lain. Kami terinspirasi dari salah satu ayat Al Quran berikut ini :

ِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Artinya :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran (QS An-Nahl : 90)

Hari itu, Minggu, 4 Oktober 2015 kami berangkat ke Taman Sampangan sekitar pukul 06.30, kami sengaja berangkat pagi agar masih sempat membantu. Setelah sampai, kami segera membantu tukang sapu disana. Kami juga membersihkan sampah-sampah yang ada di taman. Kami salut akan Bapak itu, ia setiap hari membersihkan Taman Sampangan sendirian. Begitu banyak guguran daun dan sampah berceceran, namun ia tak sekalipun mengeluh.

Berikut adalah foto-foto saat kami membantu salah satu tukang sapu di Taman Sampangan


Membantu orang ternyata banyak manfaatnya, Inilah 3 alasan kenapa membantu orang lain sesungguhnya juga membantu dirimu sendiri :

1. Quid Pro Quo
Saat kamu membantu seseorang, mereka akan lebih mungkin untuk membantumu. Hal ini adalah sesuatu yang mendasar, dan merupakan kesepakatan yang tak terucap. Akan lebih mudah untuk menemukan bantuan saat seseorang tau kalau kau juga akan melakukan hal yang sama untuk mereka. Jadi jika engkau membantu cukup banyak orang dan melakukan banyak perbuatan baik, maka hal itu akan kembali saat kau memerlukannya.

2. Karma berjalan 2 arah
Selama ini, karma selalu digambarkan dengan cara yang negatif. Jika kamu melakukan hal yang buruk, maka keburukan juga akan datang kepadamu. Tetapi sesungguhnya karma juga bekerja dengan cara yang lain. Jika kamu adalah orang yang baik dan suka membantu orang lain, hal-hal baik pun akan terjadi. Saat kamu berbuat kebaikan, maka akan ada reward tersendiri atas perbuatan itu.

3. Berbuat baik terasa nikmat
Hal ini adalah manfaat yang paling terasa dari berbuat baik. Anda akan merasakan kesenangan tersendiri saat berbuat baik. Melihat senyum atau air mata kebahagiaan dari orang yang kita tolong akan membuat itu semua terasa 'worth it', sesederhana itu.

2 komentar:

[Proyek Kebaikan] Belilah Bahagia Dengan Sedekah

17.11 Masyitha Fajrurahmah 1 Comments

Nama : Masyitha Fajrurahmah
NIM : 15.E1.0270
Dosen pengampu : Gregorius Daru Wijoyoko

Kita semua tahu, pasti ada suatu rasa bahagia saat kita menerima hadiah. Tetapi kebahagiaan itu sebenarnya cuma sesaat. Hidup kita akan jadi lebih kaya saat kita berbagi, dan kesenangan batin itu akan muncul saat kita membantu orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Memberi dengan sepenuh hati akan mengisi hidupmu dengan penuh sukacita. Seperti apa yang dikatakan Mahatma Gandhi "To find yourself, lose yourself in the service of others", memberi dapat membantumu untuk menemukan dirimu yang sebenarnya. Dan sukacita sejati terletak pada tindakan memberi tanpa harapan menerima sesuatu sebagai balasannya.

Di awal perkuliahan, kami mendapatkan tugas untuk melakukan proyek kebaikan dari Dosen Religiusitas kami, yakni Bapak Daru. Kami diperbolehkan melakukan apa saja asal itu bermakna dan bermanfaat bagi orang lain. Di proyek kebaikan kami yang pertama ini, kami mencoba untuk berbagi kepada para kaum dhuafa di sekitar Masjid Raya Al Muhajirin yang terletak di Banyumanik. Kami melakukannya di waktu sebelum sholat Jumat. Di tengah teriknya matahari, kami membagikan makanan kepada mereka yang ternyata jumlahnya tidak sedikit. Rasa lelah yang ada tidak kami rasakan setelah melihat senyum kebahagiaan terpancar dari mereka.


Proyek kebaikan yang kami lakukan ini terinspirasi dari ayat Al Quran berikut

آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ ۖفَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ 

Artinya :
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya . Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (QS: Al-Hadiid:7)

The Power of Giving
Memberi adalah salah satu investasi terbaik yang bisa kamu buat untuk mencapai kebahagiaan sejati. Memberi yang benar-benar dari hati dan tanpa harapan untuk dibalas. Kita akan semakin menyadari bahwa semakin banyak kita memberi, semakin banyak kita akan menerima. Kekuatan memberi diwujudkan dalam kebaikan dan kemurahan hati yang kita berikan untuk orang lain. Kekuatan memberi menurut neuroscience, adalah bahwa memberi terasa nikmat. Pepatah China mengatakan "If you always give, you will always have." artinya jika kamu selalu memberi, kamu akan selalu memiliki. Seorang penulis dan ahli manajemen terkenal Amerika, Ken Blanchard, menyatakan "The more I give away, the more comes back." artinya semakin banyak saya memberi, semakin  banyak yang akan kembali.

Jika kamu merasa dirimu tidak bahagia, cobalah buat orang lain bahagia dan lihat apa yang akan terjadi. Jika kamu merasa hampa dan tidak puas, cobalah lakukan beberapa pekerjaan yang berarti dan berharga, kemudian lihatlah apa yang kamu rasakan. Kuncinya adalah, kamu harus melakukan pekerjaan ini dengan passion dan antusiasme.

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.